Era globalisasi menjadikan bangsa
Indonesia menghadapi perubahan yang amat kompleks. Ada tiga faktor perubahan yang
terjadi pada saat yang sama
·
Pertama, terjadinya pergeseran nilai yang
disertai perubahan struktur pada kehidupan masyarakat, dari struktur
tradisional ke struktur modern, yaitu perubahan dari struktur agraris ke masyarakat
industri dan informasi. Perubahan ini sedang melanda dunia, yang menyebabkan
robohnya banyak kemapanan struktur di beberapa bangsa.
·
Kedua, perubahan nilai yang diperlukan,karenanya
secara sengaja dilakukan oleh pembangunan.
·
Ketiga, adanya perubahan nilai yang secara
tidak sengaja terjadi karena transformasi teknologi melalui pembangunan.
Menghadapi perubahan itu, peran pendidikan
sangat diperlukan dalam menyiapkan dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas, yang bertaqwa, cerdas, terampil, bertanggung jawab, dan mandiri,
sebagaimana yang tersurat dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Sistem
pendidikan nasional dapat dirinci dalam empat fungsi mendasar, yaitu:
1. Membentuk manusia bertaqwa;
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
3. Menyiapkan tenaga kerja yang
terampil dan ahli
4. Membina dan mengembangkan dalam penguasaan
teknologi (Djojonegoro,1998).
Searah dengan empat fungsi
mendasar dari sistem pendidikan sebagaimana tersebut di atas, Kartadinata
(2000: 8) menyatakan bahwa dalam kaitannya menjabarkanisi pendidikan secara
langsung atau tidak langsung adalah membentuk perilaku SDM yang dikehendaki,
yaitu pengembangan:
1. Keterampilan berkomunikasi;
2. Penguasaan teknologi dan sains;
3. Kemelekan sosial dan emosional;
4. Wawasan dan semangat kebangsaan;
5. Kebugaran dan kesehatan jasmani;
6. Kemandirian moral dan system nilai.
Masalah-masalah yang umumnya dihadapi
mahasiswa dari hasil observasi dan wawancara dengan peneliti, antara lain:
·
Iklim
akademis yang belum kondusif untuk mengembangkan misi Tri Dharma
·
Perguruan
Tinggi (PT);
·
Kemampuan,
kemauan, komitmen, dan disiplin yang “belum tinggi” pada segenap masyarakat PT;
·
Kurangnya
kegiatan ekstra kurikuler;
·
Kurangnya
kegiatan LKTI;
·
Keinginan
pindah jurusan di semester awal;
·
Motivasi
belajar rendah, karena masuk di fakultas/jurusannya sebagai pilihan ke 2 dan
karena kondisi ekonomi;
·
Dampak
samping dari hubungan percintaan;
·
Belum/tidak
membuat perencanaan karier Hal lain yang menjadi penyebab kurang optimalnya
potensi mahasiswa, diprediksikan berkaitan dengan kematangan karier.
Oleh karena Masalah-Masalah terebut
dibuatlah misi layanan bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai
tingkat penguasaan yang tinggi dalam tugas-tugas perkembangannya, terutama
dalam menjadikan dirinya sebagai mahasiswa/lulusan yang memiliki daya serap
tinggi, mampu menyelesaikan studi tepat waktu, dan cepat memperoleh pekerjaan
setelah lulus.
Dengan Menggunakan Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian
eksperimen ini melalui empat tahapan, yaitu:
·
Tahap
awal ataupra eksperimen: melakukan kajian teoritis, asesmen kebutuhan
mahasiswa, membuat, materi bimbingan dan alat ukur kematangan karier (AUKK);
·
Merancang
model hipotetik atau menyusun draf model hipotetik.;
·
Setelah
merancang model hipotetik berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui
validasi atau uji kelayakan oleh ahli dan praktisi, dan sejumlah mahasiswa
dilakukan seminar dan lokakarya yang melibatkan konselor, dosen, dan para
pimpinan yang terkait untuk ikut berpartisipasi dan bekerjasama dalam
memberikan sumbang saran demi penyempurnaan model hipotetik yang telah
dirancang.;
·
Uji
coba, yaitu mengeksperimenkan model untuk mengetahui ke efektifan model yang
dikembangkan;
Maka
tersusunlah “prototype” model
bimbinganpengembangan yang efektif untuk meningkatkan kematangan karier mahasiswa.
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
Materi
bimbingan yang diberikan melalui layanan informasi untuk membantu mahasiswa disesuaikan
dengan permasalahan yang dihadapi setiap mahasiswa, yang mencakup:
1)
Memahami
diri dan orang lain. Tujuan khusus bimbingan pengembangan pada materi ini
adalah mahasiswa dapat:
I.
memahami
diri sendiri, mengenali kemampuan, kelebihan, dan kekurangan;
II.
memahami
dan mengenali orang lain;
III.
memahami
kemampuan, keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, sosial ekonomi, asal daerah,
bahasa, jender pada diri sendiri dan orang lain;
2)
Membuat
perencanaan karier. Tujuan khusus bimbingan pengembangan pada materi ini
adalah:
I.
mengidentifikasi
kemampuan yang terdapat pada diri sendiri dan hubungannya dengan karier;
II.
meningkatkan
intensitas latihan, baik di kampus, di rumah, maupun di masyarakat;
III.
membuat
perencanaan karier yang sesuai dengan kemampuan, minat dan harapannya dan
3)
Upaya
meningkatkan kematangan karier.Tujuan khusus bimbingan pengembangan pada materi
ini adalah:
I.
menyebutkan
konsep dasar kematangan karier;
II.
mengenali
ciri - ciri seseorang yang memiliki kematangan karier;
III.
mengenali
faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karier;
IV.
meningkatkan
kematangan karier.
Hasil
Dari hasil analisis data
kematangan karier menggunakan ANACOVA
diperoleh F sebesar 1,526 dengan signifikansi 0,174 untuk sikap dan F 4,430
dengan taraf signifikansi 0,036 untuk kompetensi. Adapun hasil analisis menggunakan
T-tes diperoleh harga T-hitung kelompok eksperimen tentang sikap mahasiswa pada
kematangan karier besar t = -35,510. Sig. = 0,000 (Sangat signifikan). T-hitung
kompetensi pada kematangan karier t = -34,951. Sig. 0,000. Ha diterima dan Ho
ditolak. Ini berarti : ada perbedaan yang signifikan sikap dan kompetensi mahasiswa
terhadap karier antara sebelum diberi bimbingan dengan sesudah diberi bimbingan.
Dengan demikian model bimbingan pengembangan
efektif untuk meningkatkan kematangan karier mahasiswa melalui sikap dan
kompetensi mereka pada kematangan karier. Mahasiswa yang memiliki sikap positif
dan kompetensi yang memadai terhadap karier, memiliki kematangan karier.
Melalui bimbingan pengembangan sikap dan kompetensi mahasiswa pada karier dapat
ditingkatkan.